Pembelajaran merupakan kondisi yang dibangun oleh otoritas guru dalam rangka mencapai suatu kompetensi tertentu. Berceramah dalam pembelajaran tetap diperlukan untuk maksud yang insidentil. Memberikan penegasan cara kerja suatu kegiatan / percobaan membutuhkan penjelasan mendalam dan detail, dengan cara berceramah juga..Ini menunjukkan bahwa berceramah sangat diperlukan dalam pembelajaran.
Namun ada juga guru, yang sejak membuka pelajaran sampai dua jam pelajaran berakhir diisi dengan berceramah. Memang metode yang direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran guru tersebut dengan berceramah saja. Guru merasa puas atas selesainya pelaksanaan tugas mengajar hari itu. Peserta didik dalam menghadapi guru demikian lebih banyak “nrimo” apa boleh buat harus diterima. Anak menerima apa keputusan guru tanpa protes apapun dan mungkin bertanya kalau diberi kesempatan.Peserta didik akan lebih banyak bersikap “asal bapak senang (ABS)”.Ada perasaan takut berbuat sesuatu, jangan-jangan apa yang akan dilakukan akan menyinggung perasaan bapak atau ibu guru yang sedang mengajar. Guru memiliki otoritas dalam menetapkan nilai siswa yang akan dilaporkan melalui LHB kepada orang tua murid. Perasaan takut murid inilah yang membuat segelintir guru, terlena dan tidak mau merubah pola / pendekatan mengajar yang telah dibangun oleh kebiasaan “mendewakan”metode ceramah sejak dulu.
Sepertinya belum mengajar kalau belum berceramah panjang dalam melaksanakan tugas hari itu. Pasal 19 ayat 1, PP 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan bertuliskan :
“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
Pasal 19 ayat 1 di atas mengisyaratkan bahwa pembelajaran yang dibangun guru hendaknya memberi ruang untuk interaktif dan inspiratif buat peserta didik, sehingga mereka betul-betul menjadi obyek sekaligus subjek dalam pembelajaran tersebut. Peserta didik dipancing untuk berkreativitas aktif dengan diberi kesempatan untuk berpendapat, memberikan alasan atas sesuatu pendapat yang berkembang, mengajukan pertanyaan, menolak pendapat anggota atau kelompok lain yang tidak sesuai dengan pendapatnya, sehingga peserta didik terjauh dari rasa takut, rasa rendah diri, rasa tidak terhiraukan oleh kelompok.
Dalam pembelajaran perlu hadir rasa senang, rasa ingin tahu, rasa memiliki atas kesepakatan yang ada, dan rasa kebersamaan dalam komunitas kelompoknya. Perasaan-perasaan ini begitu berkesan dan membekas dalam hati peserta didik, sehingga mereka cendrung mempertahankan kondisi yang pernah dirasakan nyaman dalam kelompok. Kesan yang nyaman dan telah terbangun dalam kelompok belajar ini menjadi kebutuhan peserta didik dan sekaligus manjadi harapan kita pendidik.
Dalam pembelajaran berkelompok di kelas peserta didik bekerja secara fisik dan mental menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kelompok mereka sehingga menghasilkan produk yang membanggakan anggota kelompok sendiri dan mendapat uplause dari kelompok yang lainnya. Kita guru diharapkan dapat memaksimalkan kondisi ini agar secara fisik mereka bereksplorasi untuk menemukan gagasan sebagai cikal – bakal produk kelompoknya. Mencari pemecahan masalah dengan memanfaatkan dasar/konsep yang kuat dan logis merupakan salah-satu keberhasilan pembelajaran dalam kelompok. Guru hendaknya cepat tanggap bila ada indikasi kelompok atau anggota kelompok yang tidak pada tempatnya, segera luruskan dan beri sentuhan sehingga selalu focus untuk pencapaian tujuan bersama.
Sentuhan-sentuhan yang diberikan dilakukan secara santun dan bersahabat penuh keakraban. Peserta didik dengan tanpa tekanan bekerja dalam kelompok, sesuai tugas dan fungsi yang sebelumnya sudah disepakati bersama anggota kelompok lainnya.Sebagai ketua memfasilitasi anggotanya untuk lancar dalam pekerjaannya, natulen/skretaris diberi kesempatan mencatat hal-hal penting yang ada serta anggota memahami substansi dan bobot tugasnya. Ketua dalam posisinya sebagai anggota juga perlu memahami substansi tugas diri dan anggotanya, sehingga terukir perasaan saling membutuhkan dalam pengambilan sebuah keputusan.
Memperlancar pemecahan masalah dalam kelompok, sangat penting jasa seorang ketua kelompok untuk membagi tugas/job kemudian menyesuaikannya dengan kemampuan dari masing-masing anggota. Guru dan ketua kelompok perlu berkolaborasi menentukan siapa yang bisa menjadi “tutor sebaya” di masing-masing kelompok. Dalam keseharian kita guru bergaul dengan peserta didik dapat menakar kemampuan dan kecepatan berpikir peserta didik binaan kita. Distribusi anggota kelompok dengan kemampuan di atas rata-rata ini penting dilakukan dengan baik oleh guru sehingga pelaksanaan diskusi kelompok berjalan sukses dengan hasil yang memuaskan. Bahan ajar yang sudah ada di tangan mereka, dibahas secara mendalam, dipadukan dengan sumber – sumber lain yang dapat dipercaya, menjadi dasar pertimbangan mereka menghasilkan suatu produk. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok mungkin berlangsung alot dan ramai, maka guru dapat memberikan solusi secara arif dengan dasar fakta yang dapat diterima anggota kelompok yang bertikai.
Guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain memantau proses dan hasil dari kelompok serta menemukan kendala dari masing-masing kelompok, sehingga segara diberi sentuhan – sentuhan untuk kelancaran diskusi dalam kelompok tersebut. Beri motivasi kepada kelompok/anggota kelompok yang staknans dalam diskusinya, jangan lupa reword(minimal dengan pujian) kepada kelompok/anggota kelompok yang sukses dengan hasil diskusinya. Pastikan semua anggota kelompok punya andil dan jelas hasil kerjanya dalam produk bersama ini. Atas hasil individu anggota kelompok perlu digali orisinilitas, sehingga pendidik dapat mengukur kerja anggota dalam pelaksanaan tugas saat itu. Dan hasil-hasil itu perlu disepakati menjadi hasil kelompok yang handal untuk dikomunikasikan ke diskusi kelas nantinya. Dengan aktivitas kelompok yang kompleks, guru hendaknya mampu mengendalikannya dengan administrasi waktu yang mantap,insya-Allah anak sukses dan kita senang dengan kesuksesannya.
Oleh : UPIQ MASTARI, S.Pd
GURU MATEMATIKA SMK Negeri 1
Sumbawa Besar,Kab. Sumbawa - NTB.